top of page
  • Writer's pictureGA

Udara di Jakarta Buruk, Kenneth DPRD DKI Dorong Modifikasi Cuaca

Updated: Sep 18





Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth mengunjungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui permasalahan polusi udara yang saat ini mengganggu warga Ibu Kota Jakarta. Ia meminta instansi terkait melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk wilayah Jabodetabek.


Sebagaimana diketahui, berdasarkan situs pemantau kualitas udara IQAir, DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia pada Selasa (15/8) pagi. Indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 165 AQI US, masuk dalam kategori tidak sehat nomor dua di dunia.


Untuk itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan Provinsi DKI Jakarta ini meminta Teknologi Modifikasi Cuaca dilakukan. Berdasarkan penjelasan BMKG, kata Kenneth, potensi awan yang bisa semai di atas DKI Jakarta memang sudah minim.


Adapun solusi yang bisa dilakukan ialah mencari bibit awan di daerah selatan pada dataran tinggi sekitar wilayah Bogor dan Cianjur.


"Jadi setelah mendapat penjelasan dan paparan secara komprehensif dari BMKG bahwa awan itu bisa terbentuk karena dua hal, yang pertama bisa karena konveksi (penjalaran panas) matahari bersinar menyinari bumi lalu terjadi penguapan, penguapan ini yang membentuk awan, saat sekarang mekanisme seperti ini sangat kecil kemungkinannya, karena kondisi kemarau," papar pria yang akrab disapa Bang Kent dalam keterangan tertulis, Kamis (17/8/2023).

Ia melanjutkan mekanisme kedua adalah orografis. Awan orografis menurutnya bisa dibentuk di sebelah selatan Jakarta, karena ada Gunung Gede, Pangrango, dan Salak.


"Mekanismenya ketika angin menabrak gunung, angin terangkat dan terbentuk lah awan di sekitar pegunungan tersebut. Awan-awan ini lah yang masih bisa di semai. Mulailah dari hulu dahulu dengan harapan kalau wilayah selatan hujan dan jika memang ada polutan berasal dari selatan bisa dikurangi. Polutan ini sumbernya ada dua kemungkinan, bisa dari sumber polutan lokal atau dari sumber polutan di luar DKI," jelasnya.


Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII ini pun meminta Pj Gubernur DKI Heru Budi membuat aturan berupa Keputusan Gubernur (Kepgub) atau Peraturan Gubernur (Pergub). Misalnya, kebijakan yang berisi imbauan kepada masyarakat seperti kembali memakai masker jika keluar rumah dan mendorong pelaksanaan Work From Home (WFH) serta Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi siswa.


"Harus ada aksi dan langkah konkret terkait permasalahan ini, pemimpin itu harus berani mengambil risiko untuk membuat suatu kebijakan, jangan takut, pro dan kontra itu biasa," tegas Kenneth.


"Kita harus bisa melihat suatu permasalahan secara utuh, faktor urgensinya di lapangannya seperti apa. Jangan sampai korban banyak berjatuhan baru bergerak, jadi harus dilakukan langkah taktis dan cepat," tambahnya.


Untuk memulai operasi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) di Jabodetabek, ia pun meminta Pemprov DKI Jakarta segera menetapkan kondisi tanggap darurat bencana agar bisa mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memakai dana siap pakai. Hal ini tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.


"Pemprov DKI harus segera menetapkan kondisi tanggap darurat bencana, minimal tiga bulan ke depan sambil melihat perkembangan. Lalu bisa memulai kegiatan operasi TMC dan agar bisa dibiayai oleh BNPB jadi tidak membebani APBD DKI Jakarta," ujar Kenneth.

Demi memecahkan masalah polusi udara, Kenneth meminta semua pihak gerak cepat dan melakukan kolaborasi antar lembaga. Ia menjabarkan BMKG menjadi penyedia data potensi awan yang bisa disemai, BRIN memiliki teknologinya, TNI AU dapat mengoperasikan pesawat dalam operasi TMC menyebar garam atau intikondensasi, BNPB memiliki kapasitas dalam penyediaan anggaran dalam kegiatan operasi TMC, hingga KLHK terkait data kualitas udara.


"Dari sisi kebijakan lain yang mungkin bisa dilakukan yaitu pengurangan sumber polusi itu sendiri, di DKI Jakarta salah satu sumber polusinya adalah kendaraan bermotor," tutur Kent.


Lebih lanjut, Kent menerangkan rekayasa cuaca sangat penting untuk mengurangi polusi karena hal ini diharapkan akan mempercepat terjadinya hujan. Sebab, ketika hujan turun akan terjadi pencucian polutan di atmosfer.


"Saat ini kondisi kualitas udara di DKI Jakarta bersifat fluktuatif, namun secara umum dapat dikatakan dalam kondisi tidak sehat, hal ini didasarkan pada pengukuran partikulat (PM2,5) yang pada jam-jam tertentu masuk kategori tidak sehat atau kuning," terangnya.


"Jadi solusi yang paling relevan saat ini adalah harus segera mempercepat proses modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan, guna membilas polusi di udara, karena polusi udara di Jakarta yang masuk dalam kategori sangat tidak baik dalam beberapa pekan terakhir," imbuhnya.


Sebagai informasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat ada lebih dari 638 ribu kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Jakarta pada periode Januari hingga Juni 2023. Pada Januari 2023 ada sebanyak 102.609 kasus, Februari 2023 sebanyak 104.638 kasus, dan Maret 2023 ada 119.734 kasus.


Lalu 109.705 kasus tercatat pada April 2023, 99.130 kasus ISPA pada Mei 2023, dan 102.475 kasus pada Juni 2023. Totalnya berdasarkan data, laporan ISPA DKI Jakarta 2023 sebanyak 638.291 kasus.


"Pemprov DKI harus gerak cepat dalam kondisi seperti ini, harus cepat mengambil sikap. Jangan sampai korban bertambah banyak akibat polusi ini. Jangan sampai korban ISPA di Jakarta sudah banyak dan sampai akhirnya ada yang meninggal baru kita semua menyesal," ujar Kenneth.


"Selain itu juga harus saya ingatkan, bahwa Pemprov DKI harus segera mempersiapkan ketersediaan rumah sakit untuk pelayanan ISPA untuk jaga-jaga supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," tandasnya.


Baca artikel detiknews, "Udara di Jakarta Buruk, Kenneth DPRD DKI Dorong Modifikasi Cuaca" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-6880830/udara-di-jakarta-buruk-kenneth-dprd-dki-dorong-modifikasi-cuaca.

bottom of page