top of page
  • Writer's pictureSA

Legislator PDI Perjuangan Ragu Teknologi AI Urai Macet DKI: Sifatnya Sementara


PDI Perjuangan meragukan efektifitas penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota. PDIP menilai teknologi AI mengurangi kemacetan hanya bersifat sementara.

"Kalau untuk mengurai kemacetan jangka panjang menurut saya penerapan teknologi AI tidak efektif. Ini sifatnya sementara saja. Sebab ruas jalan dengan jumlah kendaraan di Jakarta sudah tidak seimbang," kata Ketua Fraksi PDIP DKI Jakarta Gembong Warsono kepada wartawan, Rabu (10/5/2023).

Untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, menurut PDIP perlu kebijakan yang berani dan berdampak besar. Sebab, menurut PDIP jumlah kendaraan dan panjang jalan di Ibu Kota sudah tidak sebanding lurus

"Perlu ada terobosan yang luar biasa guna mengurai kemacetan di Jakarta, dan tentunya membutuhkan keberanian mengambil kebijakan tidak populer," ujar Gembong.
"Misalnya pembatasan usia kendaraan. Namun ini membutuhkan kajian yang komprehensif, agar bisa terbangun keseimbangan antara ruas jalan dengan jumlah kendaraan yang beroperasi di Jakarta," sambungnya.

Selain kebijakan yang luar biasa, PDIP menilai mengurai kemacetan di Jakarta perlu kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah lainnya. PDIP melihat kemacetan di Jakarta sama saja tak ada perubahan

"Artinya tidak juga semakin parah, tapi juga tidak semakin terurai. Mengurai kemacetan Jakarta membutuhkan koordinasi baik dengan pemerintah pusat maupun daerah penyangga. Tidak mungkin ini bisa dikerjakan Pemprov DKI sendirian," imbuhnya.

Seperti diketahui, Dishub DKI Jakarta memulai penerapan teknologi artificial intelligence untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota. Salah satu lokasi yang dipasangi teknologi AI adalah Simpang Buaran, Jaktim.


"Contohnya yang sudah dilakukan itu di Simpang Buaran, Jakarta Timur, dan ada beberapa titik lainnya," kata Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/5).


Penerapan teknologi AI sebelumnya diusulkan dilakukan dalam satu koridor perjalanan, yang terdiri dari 8 simpang serta 5 ruas jalan. Namun sayangnya, Google menilai penerapan AI dalam satu koridor kurang efektif, sehingga penerapan teknologi tersebut akan dilakukan terpisah di tiap simpang.


"Sebelumnya kami usulkan di satu koridor, yaitu mulai di Jalan Imam Bonjol, kemudian di Jalan Diponegoro, Proklamasi, Pramuka, sampai dengan ke Pemuda," jelasnya


"Tapi dari hasil analisis data rekan rekan Google, kami melakukan resetting terkait dengan cycle time traffic light di titik yang mana sudah diprogramkan tadi. Jadi artinya tidak akan bisa dilakukan pengaturan secara AI tadi, sehingga dilakukan pemisahan," imbuh Syafrin


artikel ini sudah naik di detiknews dengan link https://news.detik.com/berita/d-6714556/legislator-pdip-ragu-teknologi-ai-urai-macet-dki-sifatnya-sementara/1


4 views0 comments
bottom of page