top of page
  • Writer's pictureGA

Langka Air Baku, Jakarta Olah Air Kali untuk Dikonsumsi

Updated: Sep 18



Secara bertubi-tubi, Jakarta dihantam masalah air untuk konsumsi. Belum selesai soal kualitas air tanah yang buruk, masyarakat ibu kota kini semakin kehilangan pilihan saat kuota jaringan air pipa tidak dapat memenuhi kebutuhan air konsumsi sehari-hari.


Minimnya air baku yang masuk ke wilayah Jakarta mengakibatkan kecilnya debit air yang diterima oleh masyarakat. Lebih parahnya, minimnya debit air dari sumber pengolahan semakin berkurang saat air didistribusikan. Usia pipa yang tergolong tua memungkinkan adanya hambatan hingga kebocoran, sehingga tidak sampai ke rumah warga.


Hal itu diakui Firdaus Ali Founder Indonesia Water Institute yang melakukan penelitian kualitas air di Ibukota DKI Jakarta. Ia mengatakan, selain kualitas yang buruk, kuantitasnya pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga yang tinggal di atas tanah Jakarta.


"Saat ini kondisi Jakarta itu adalah kota dengan ibu kota negara dengan penduduk di atas 5 juta jiwa. Yang tingkat kelayakan air bersihnya paling buruk di Asia. Di samping kemudian juga kuantitasnya," ujar Firdaus dalam wawancara kepada detikcom untuk program Sudut Pandang detikcom, Minggu (2/4/2023).


Hal yang sama juga diutarakan Ketua Pansus Air Minum DPRD DKI Jakarta, Pandapotan Sinaga, yang juga Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan, menurutnya, permasalahan air minum Ibukota DKI Jakarta juga diperparah oleh buruknya proses distribusi sehingga memperbesar angka non-revenue water (NRW). Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa revitalisasi sistem perpipaan perlu segera dipercepat.


Sinaga mengatakan, Pemprov DKI bertanggung jawab penuh atas hal ini. Sebab, berbagai kondisi yang menghambat akses masyarakat terhadap air konsumsi ini sudah berlangsung lama. Ia mengatakan, kejadian ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di ujung Jakarta, tetapi juga warga yang tinggal di pusat kota.


"Nah ini kan persoalan yang sudah lama, karena memang layanan air minum di Jakarta ini kan belum terpenuhi 100%. Karena persoalan air yang kecil ini juga memang sudah lama. Kebetulan saya juga melakukan kegiatan reses, dua kali reses aku, keluhan masyarakat yang saya dapatkan dua kali reses, di Kebun Kacang sama di Menteng, hal seperti itu yang terjadi," ujarnya.

Sementara itu, Dirut PD PAM Jaya Arief Nasrudin tidak menampik temuan-temuan itu. Sebaliknya, ia menggunakan berbagai data tersebut sebagai dasar untuk melakukan perbaikan sistem pengolahan air baku di Jakarta.


Selain itu, Arief mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pemaksimalan air yang ada di wilayah Jakarta guna menambal kekurangan. Sebab, berdasarkan data yang dimilikinya, sebagian besar air baku yang diolah merupakan kiriman dari daerah penyangga. Sedangkan, air 'asli' Jakarta hanya menyumbang sekitar 15% saja.


"Jadi sumber air baku Jakarta seperti tadi juga saya jelaskan, kita ke kali Mookervart gitu ya, memang tidak banyak. Jadi, saat ini existing air baku kita 85%-nya dari luar Jakarta. Sisanya sebenarnya Tangerang yang kita juga minta bantuan dari Teman-teman PD PAM Tangerang dan mungkin 3-5%-nya baru kita ambil kelola sendiri dari Jakarta. Salah satunya Kali Mookervaart tadi," ujar Arief.


Lebih lanjut, Arief mengatakan bahwa Kali Mookervaart adalah satu-satunya instalasi pengolahan (IPA) air minum yang bersumber dari Jakarta. Lokasi ini juga digunakan oleh PD PAM Jaya sebagai laboratorium pengolahan air kotor untuk air minum.


"Ketika kemudian airnya tidak bisa kita ambil dari IPA-IPA yang saat ini ada, kita melakukan inovasi. Lahirlah pengelolaan Mookervart ini. Nah, memanfaatkan air yang ada di Kali yang tadi dengan teknologi yang sudah kita buat seperti ini. Dan inilah pola pengelolaan air yang sederhana, menghasilkan 10 LPS, tapi manfaatnya luar biasa," tutupnya.


Baca artikel detiknews, "Langka Air Baku, Jakarta Olah Air Kali untuk Dikonsumsi" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-6652729/langka-air-baku-jakarta-olah-air-kali-untuk-dikonsumsi.

3 views0 comments
bottom of page